Beranda | Artikel
Larangan Melanggar Ketetapan Allah dan Rasul-Nya
1 hari lalu

Larangan Melanggar Ketetapan Allah dan Rasul-Nya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 4 Shafar 1447 H / 29 Juli 2025 M.

Kajian Tentang Larangan Melanggar Ketetapan Allah dan Rasul-Nya

Pembahasan terakhir adalah hadits dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, di mana beliau menyampaikan dalam khutbahnya:

“Demi Allah, tidak ada kitab khusus yang ditinggalkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kami (ahlul bait), kecuali Al-Qur’anul Karim yang ditujukan bagi seluruh umat ini.”

Kemudian beliau menyebutkan beberapa hal yang dicatat, seperti hukum mengenai tebusan dalam kasus qishash (pembunuhan), ketentuan zakat yang diterapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta peringatan keras terhadap orang yang melindungi pelaku bid’ah di Kota Madinah.

Dalam hadits itu disebutkan:

مَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Barangsiapa berbuat bid’ah di dalamnya (Madinah), atau melindungi pelaku bid’ah, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya” (Muttafaqun ‘Alaih).

Itu telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya, beserta pelajaran-pelajaran penting yang terkandung di dalamnya.

Bab: Peringatan dari Melanggar Larangan Allah dan Rasul-Nya

Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata: Bab tentang peringatan dari melanggar larangan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Seorang yang beriman akan selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Bila dia terjatuh dalam pelanggaran atau dosa, maka ia segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini adalah poin yang sangat penting, karena tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan dosa. Setiap anak keturunan Adam pasti banyak berbuat kesalahan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi)

Maka yang terpenting adalah bertaubat setelah melakukan dosa dan memohon ampun kepada Allah. Tawwab adalah orang yang senantiasa bertaubat. Setiap kali berbuat kesalahan, dia segera kembali dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Terkadang, setan berupaya menjadikan manusia putus asa dari rahmat Allah. Ketika seseorang banyak berbuat dosa dan ingin bertaubat, setan membisikkan bahwa dosa-dosanya terlalu besar untuk diampuni. Lalu, hamba itu menjadi putus asa.

Dalam Surah Az-Zumar ayat ke-53, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar [39]: 53)

Putus asa dari rahmat Allah termasuk perbuatan kufur yang tidak dibenarkan. Namun, tidak pula dibolehkan menggampangkan urusan dosa.

Setiap kali berbuat dosa, hendaknya seseorang segera bertobat dan memperbanyak istigfar. Memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Dialah Zat Yang Maha Pengampun, yang memiliki ampunan yang sangat luas bagi hamba-hamba-Nya. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Allah Ta’ala.

وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ

“Dan siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah?” (QS. Ali ‘Imran [3]: 135)

Oleh karena itu, sudah semestinya bagi seorang hamba yang banyak berbuat dosa dan kesalahan untuk senantiasa bertaubat, beristigfar, dan memperbanyak amal saleh sebagai penghapus dosa-dosa.

Hal ini penting untuk diperhatikan. Kita tidak boleh menjadikan sesama hamba Allah berputus asa dari rahmat-Nya. Sebaliknya, kita harus memberikan harapan, terutama kepada mereka yang menyimpang, yang melakukan dosa, namun bersungguh-sungguh ingin kembali kepada Allah.

Sebesar apa pun dosa yang dilakukan, selama seseorang bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla, maka Dialah Zat Yang Maha Menerima taubat. Ini adalah poin penting yang harus dipahami.

Namun di sisi lain, seorang Muslim tidak boleh meremehkan dosa hanya karena mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat. Sikap meremehkan seperti ini juga tidak dibenarkan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55359-larangan-melanggar-ketetapan-allah-dan-rasul-nya/